Kamis, 15 Mei 2014

Pelajaran dari Daud dan Mefiboset


Perjanjian Lama menuliskan sebuah ilustrasi yang luar biasa, praktis dan nyata tentang kasih sayang Kristus di dalam cerita Daud dan Mefiboset. Mefiboset adalah cucu dari Saul, yang sudah secara permanen cacat. Dari pandangan seorang manusia, ia kelihatan seperti orang terakhir di bumi yang akan menjadi teman Daud. Ia adalah keturunan pria terakhir dari Saul, satu-satunya orang di bumi yang mungkin masih bisa mencoba untuk menuntut tahta yang menjadi miliknya oleh tanda lahir. Ia hidup di dalam pengungsian ketika Daud menemukannya – terlupakan, takut dan dalam pembuangan. Ia tidak mencari bantuan Daud, dan Daud pun tidak memiliki kewajiban apapun terhadapnya. Tapi Daud menunjukkan kebaikan yang luar biasa kepadanya dengan cara yang melambangkan kasih Kristus dan dengan sempurna meggambarkan bagaimana seharusnya pelayanan orang Kristen terhadap orang-orang yang terluka.
                Kisah ini, dari pandangan manusia sangatlah luar biasa karena cucu dari musuh Daud dulunya (Saul) hidup dalam pelarian dan pembuangan, kehilangan segala bentuk percaya diri, seseorang yang tidak mungkin menawarkan Daud bentuk pelayanan apapun karena keterbatasan kondisi tubuhnya : “Adapun kedua kakinya timpang.” (2 Samuel 9:13). Tapi Daud membawanya ke dalam kerajaan, dan hidup bersama-sama dengan anak-anaknya.
           Belas kasih, cinta kasih dan kebaikan Daud terhadap Mefiboset adalah contoh. Ini melambangkan anugerah Yesus kepada orang-orang yang dibuang di dalam masyarakat pada saat pelayanannya di bumi, dan ini menjadi contoh kepada semua orang Kristen di dalam pelayanan kita terhadap orang-orang yang ditolak di dalam masyarakat – termasuk orang berkebutuhan khusus, orang yang tidak mampu yang ada di sekitar kita.
                Di dalam kitab Lukas, Yesus mengatakan bahwa jika kita mengadakan pesta, undanglah orang-orang yang tidak bisa membalas kita kembali. Jika kita ingin melayani dengan kasih Allah, inilah caranya. Kebaikan hati yang seperti Kristus adalah menunjukkan kebaikan yang tidak mungkin bisa dibalas kembali. Ketika kita memberikan sesuatu kepada seseorang yang kita tahu bahwa kita bisa mendapatkan balasannya kembali, itu bukanlah kebaikan hati Allah. Itu adalah hal biasa di dalam kepentingan diri manusia.
                Sekarang, ketika kita sudah merenungkan semuanya, jelas bahwa kita sebagai orang percaya di dalam Kristus – baik bersama-sama maupun perorangan – perlu melakukan sesuatu lebih daripada apa yang kita lakukan sekarang untuk menjangkau dan melayani orang-orang di masyarakat kita yang berkebutuhan khusus, cacat, lemah, buta, miskin dan tertekan. Mereka sering dilewatkan oleh masyarakat lainnya. Mereka tidak boleh dilupakan oleh gereja!
                Gereja tidak bentuk sebagai tempat arisan atau tempat berkumpul untuk orang-orang yang berpenampilan bagus dan keren. Gereja adalah perkumpulan orang-orang yang menyadari kejatuhan dan ketidakberdayaan mereka, yang telah memegang teguh keselamatan yang diberikan oleh Kristus, dan di dalam pekerjaan utamanya di bumi adalah menunjukkan kepada orang-orang berdosa lainnya pentingnya jalan keselamatan. Jika kita melupakan penjangkauan terutama kepada mereka yang buta, lemah atau berkebutuhan khusus maka kita tidaklah menjadi anak-anak Kristus yang menunjukkan belas kasihan.

(Dr. John MacArthur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar