Perjanjian Lama menuliskan sebuah ilustrasi yang luar biasa, praktis dan
nyata tentang kasih sayang Kristus di dalam cerita Daud dan Mefiboset.
Mefiboset adalah cucu dari Saul, yang sudah secara permanen cacat. Dari
pandangan seorang manusia, ia kelihatan seperti orang terakhir di bumi yang
akan menjadi teman Daud. Ia adalah keturunan pria terakhir dari Saul,
satu-satunya orang di bumi yang mungkin masih bisa mencoba untuk menuntut tahta
yang menjadi miliknya oleh tanda lahir. Ia hidup di dalam pengungsian ketika
Daud menemukannya – terlupakan, takut dan dalam pembuangan. Ia tidak mencari
bantuan Daud, dan Daud pun tidak memiliki kewajiban apapun terhadapnya. Tapi
Daud menunjukkan kebaikan yang luar biasa kepadanya dengan cara yang
melambangkan kasih Kristus dan dengan sempurna meggambarkan bagaimana seharusnya
pelayanan orang Kristen terhadap orang-orang yang terluka.
Kisah ini, dari
pandangan manusia sangatlah luar biasa karena cucu dari musuh Daud dulunya
(Saul) hidup dalam pelarian dan pembuangan, kehilangan segala bentuk percaya
diri, seseorang yang tidak mungkin menawarkan Daud bentuk pelayanan apapun
karena keterbatasan kondisi tubuhnya : “Adapun kedua kakinya timpang.” (2
Samuel 9:13). Tapi Daud membawanya ke dalam kerajaan, dan hidup bersama-sama
dengan anak-anaknya.
Belas kasih, cinta
kasih dan kebaikan Daud terhadap Mefiboset adalah contoh. Ini melambangkan
anugerah Yesus kepada orang-orang yang dibuang di dalam masyarakat pada saat
pelayanannya di bumi, dan ini menjadi contoh kepada semua orang Kristen di
dalam pelayanan kita terhadap orang-orang yang ditolak di dalam masyarakat –
termasuk orang berkebutuhan khusus, orang yang tidak mampu yang ada di sekitar
kita.
Di dalam kitab
Lukas, Yesus mengatakan bahwa jika kita mengadakan pesta, undanglah orang-orang
yang tidak bisa membalas kita kembali. Jika kita ingin melayani dengan kasih
Allah, inilah caranya. Kebaikan hati yang seperti Kristus adalah menunjukkan
kebaikan yang tidak mungkin bisa dibalas kembali. Ketika kita memberikan
sesuatu kepada seseorang yang kita tahu bahwa kita bisa mendapatkan balasannya
kembali, itu bukanlah kebaikan hati Allah. Itu adalah hal biasa di dalam
kepentingan diri manusia.
Sekarang, ketika
kita sudah merenungkan semuanya, jelas bahwa kita sebagai orang percaya di
dalam Kristus – baik bersama-sama maupun perorangan – perlu melakukan sesuatu
lebih daripada apa yang kita lakukan sekarang untuk menjangkau dan melayani
orang-orang di masyarakat kita yang berkebutuhan khusus, cacat, lemah, buta,
miskin dan tertekan. Mereka sering dilewatkan oleh masyarakat lainnya. Mereka
tidak boleh dilupakan oleh gereja!
Gereja tidak bentuk
sebagai tempat arisan atau tempat berkumpul untuk orang-orang yang
berpenampilan bagus dan keren. Gereja adalah perkumpulan orang-orang yang
menyadari kejatuhan dan ketidakberdayaan mereka, yang telah memegang teguh
keselamatan yang diberikan oleh Kristus, dan di dalam pekerjaan utamanya di
bumi adalah menunjukkan kepada orang-orang berdosa lainnya pentingnya jalan
keselamatan. Jika kita melupakan penjangkauan terutama kepada mereka yang buta,
lemah atau berkebutuhan khusus maka kita tidaklah menjadi anak-anak Kristus yang
menunjukkan belas kasihan.
(Dr. John MacArthur)