#latepost (like super duper late post)
Ketika kami kembali ke tempat tinggal kami di Medan, setelah perjalanan pelayanan dan liburan selama 1 bulan penuh, ada sebuah perasaan yang campur aduk. Yang pasti ada perasaan "homey" yang menggelitik hati, meskipun rumah yang kami diami di Medan bukanlah rumah milik kami pribadi.
Perasaan "homey" itulah yang kemudian membuat setiap hati kita merasakan suatu kenyamanan. Dan saya yakin bahwa setiap dari kita juga memiliki rasa "homey" yang berbeda-beda. Ada yang mendapatkan suatu ketenangan ketika ia mulai menyalakan musik easy listening. Ada yang mendapatkan kenyamanan ketika mulai menyeruput hot chocolate. Ada yang mulai merasa "homey" ketika mencium aroma kesayangan yang khas di dalam ruangan tidurnya. Ada juga yang mendapatkan "energi"-nya kembali ketika ia selesai membaca sebuah buku. Berbagai cara seseorang mendapatkan rasa tersebut.
Hampir sama sebenarnya dengan anak-anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder), yang rigid dengan rutinitas mereka. Mereka merasa tenang ketika mereka melihat wajah yang sama, mencium wangi yang familiar, merasakan tekstur makanan yang sudah mereka kenal, dsbnya.
Jadi sebenarnya kita semua tidak begitu berbeda. Yang berbeda hanya tingkat intensitasnya saja. But....we do experience the same thing also as human, don't we?
Lagipula, hal-hal "homey" tersebut sering membawa kita kepada cara berpikir yang salah. Karena Firman Tuhan berkata bahwa dunia ini adalah tempat kita yang sementara, bukan tempat kita yang sebenarnya. 1 Petrus 2:11 berkata,"Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Sering sekali kita berjuang keras untuk merasa nyaman di dunia ini dan kita melupakan rumah kita yang sebenarnya, yang bukanlah di sini, tapi di atas sana dengan Dia, tempat tanpa kondisi kebutuhan khusus, tanpa sakit penyakit dan segala keadaan kita akan dipulihkan oleh-Nya.
Perasaan "homey" itulah yang kemudian membuat setiap hati kita merasakan suatu kenyamanan. Dan saya yakin bahwa setiap dari kita juga memiliki rasa "homey" yang berbeda-beda. Ada yang mendapatkan suatu ketenangan ketika ia mulai menyalakan musik easy listening. Ada yang mendapatkan kenyamanan ketika mulai menyeruput hot chocolate. Ada yang mulai merasa "homey" ketika mencium aroma kesayangan yang khas di dalam ruangan tidurnya. Ada juga yang mendapatkan "energi"-nya kembali ketika ia selesai membaca sebuah buku. Berbagai cara seseorang mendapatkan rasa tersebut.
Hampir sama sebenarnya dengan anak-anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder), yang rigid dengan rutinitas mereka. Mereka merasa tenang ketika mereka melihat wajah yang sama, mencium wangi yang familiar, merasakan tekstur makanan yang sudah mereka kenal, dsbnya.
Jadi sebenarnya kita semua tidak begitu berbeda. Yang berbeda hanya tingkat intensitasnya saja. But....we do experience the same thing also as human, don't we?
Lagipula, hal-hal "homey" tersebut sering membawa kita kepada cara berpikir yang salah. Karena Firman Tuhan berkata bahwa dunia ini adalah tempat kita yang sementara, bukan tempat kita yang sebenarnya. 1 Petrus 2:11 berkata,"Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Sering sekali kita berjuang keras untuk merasa nyaman di dunia ini dan kita melupakan rumah kita yang sebenarnya, yang bukanlah di sini, tapi di atas sana dengan Dia, tempat tanpa kondisi kebutuhan khusus, tanpa sakit penyakit dan segala keadaan kita akan dipulihkan oleh-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar