Rabu, 23 Juli 2014

Keluarga Yang Tidak "Percaya"



“Oh, itu mah biasa. Nanti juga pintar sendiri koq!” Apakah kita sering mendengar kalimat ini? Atau mungkin kita pernah mendengar seorang sanak saudara berbisik kepada orang lain tentang Anda,”Wah…dia benar-benar kesulitan mengkontrol anaknya.” Sebagai seorang psikolog, saya sering ditanya,”Bukankah anak laki-laki seharusnya lebih lasak?” Komentar seperti ini ataupun bentuk lain dari ketidakpercayaan atau ketidaksetujuan dari seorang ayah atau ibu – jangankan dari seorang sanak saudara – akan terasa cukup mematahkan semangat, terutama ketika kita tahu fakta-fakta tentang masalah belajar dan perhatian yang tidak dimengerti oleh orang tersebut.

Ketika kita mendapat komentar-komentar seperti di atas, tarik nafas dalam-dalam dan coba untuk tidak defensif. Cobalah bicara dengan ibu kita atau siapapun itu yang meragukan kita. Bisa saja orang tersebut memiliki maksud hati yang baik. Terkadang perbedaan generasi dapat menjadi faktor penyebabnya. Mungkin istilah-istilah seperti ADHD tidak begitu begitu dikenal ketika kita masih kecil. Bisa juga ada faktor penyangkalan diri. Mungkin anak kita mengingatkan ibu kita akan tantangan masalah belajarnya atau bahkan mungkin ia merasa bersalah karena tidak menyadari bahwa salah satu anaknya sedang berjuang dengan kesulitan belajar. Terkadang memang lebih mudah untuk menyalahkan kemampuan mendidik anak kita daripada mencoba mengerti tantangan-tantangan yang dihadapi oleh anak kita.

Kita mungkin tidak akan tahu mengapa ibu kita tidak mempercayai kita. Apapun alasannya, berikut ini ada beberapa saran bagaimana tetap maju yang pasti akan lebih baik untuk anak kita.

Cobalah mengerti. Banyak orang tidak mengenal apa itu masalah belajar dan fokus. Coba dekati orang-orang yang skeptis tersebut dengan berbicara tentang bagaimana ketika kita pertama kali belajar tentang hal-hal ini : “Saya juga tidak banyak tahu tentang masalah belajar atau ADHD ketika saya kecil. Satu-satunya anak laki-laki yang saya tahu memiliki tantangan belajar tidak ada di kelas kita, dan saya ingat melihat sebuah kelas yang dikhususkan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.” Kemudian bicarakan tentang betapa semuanya itu telah banyak berubah. Hari ini, banyak sekolah mencoba untuk tetap mengajar anak-anak di dalam ruangan belajar umum sebanyak mungkin. Para peneliti telah banyak menemukan cara-cara terbaik untuk mengajar anak-anak dengan masalah belajar dan fokus. Bahkan ada sekolah-sekolah khusus  yang muncul untuk anak-anak dengan dyslexia dan masalah belajar yang berbasiskan bahasa lainnya. Jelaskan bahwa dokter-dokter anak sekarang tahu bahwa ADHD adalah sesuatu yang sudah sangat umum. Studi terbaru menunjukkan bahwa 11% dari anak-anak di Amerika Serikat telah didiagnosa dengan ADHD.

Coba yakinkan ibu kita bahwa semua perkembangan di dalam ilmu dan teknologi ini adalah hal yang baik. Semuanya ini membantu anak-anak yang sekitar puluhan tahun yang lalu menderita dan atau diberikan label sebagai anak yang bandel. Jelaskan bahwa masalah belajar dan fokus bukanlah tanda intelegensia yang rendah, dan sebutkan beberapa orang terkenal yang memiliki masalah belajar dan fokus, termasuk direktur film yang memenangkan Oscar, Steven Spielberg (dyslexia) dan adik perempuan Beyonce, Solange Knowles (ADHD).

Bawalah ibu kita, contohnya, ke pertemuan berikutnya dengan dokter anak kita, guru ataupun spesialis pendidikan. Mungkin akan lebih mudah bagi ibu kita untuk menerima informasi yang datangnya dari pihak netral. Kita juga bisa mendorong ibu kita untuk membaca tentang masalah belajar dan fokus ini.

Tetapkan fokus pada anak kita. Ingatkan ibu kita atau siapapun itu yang meragukan kita bahwa hal terbaik untuk anak kita adalah kasih dan dukungan. Tidak ada satu pun anak yang memilih untuk memiliki tantangan belajar atau fokus. Juga tidak ada sesuatu pun yang bisa dilakukan oleh kita ataupun ibu kita untuk mencegah hal ini terjadi pada anak kita. Tekankan pentingnya peran ibu kita di dalam kehidupan anak kita, betapa besarnya pengaruh yang dia miliki terhadap anak kita dan betapa besarnya kasih dan dukungan yang dibutuhkan oleh anak kita ketika ia bertumbuh dan menjadi semakin mengerti akan perbedaan yang ia miliki.

Jelaskan bahwa ketika kita berhadapan dengan ADHD atau perbedaan pembelajaran, jelas terbukti bahwa keluarga-keluarga yang menerima semua kemampuan dan kelemahan anak memiliki kesempatan lebih tinggi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, dibandingkan keluarga-keluarga yang tidak mendukung.

Terakhir, jelaskan bahwa dengan pertolongan yang tepat, anak kita akan bisa merasa senang dan berhasil. Bicarakan tentang bagaimana masalah belajar dan fokus adalah kondisi medis yang umum. Seperti bagaimana jika ibu kita tidak akan membiarkan seorang anak dengan diabetes ataupun kaki patah, ia juga harus bisa menganggap serius keadaan anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak kasat mata.


(Terjemahan dari artikel yang ditulis oleh Dr. Laura Tagliareni)



Jumat, 11 Juli 2014

Politic and Special Needs Children :)



Satu bulan terakhir ini hampir semua account facebook berisi kampanye tentang Pemilihan Presiden Indonesia 9 Juli 2014 belakangan ini. Hal seperti ini tidak pernah terjadi dengan Pemilihan Presiden tahun-tahun sebelumnya. Bisa saja ini disebabkan oleh semakin meluasnya pemakaian media sosial sebagai tempat menuangkan isi hati dan pikiran. Bisa juga disebabkan karena semakin sadarnya rakyat akan keadaan politik dan pemerintahan. Bisa juga disebabkan karena munculnya seorang sosok calon pemimpin yang dicintai rakyat sekaligus dibenci (tanpa ampun!) oleh pihak lawannya.

Lewatnya Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 beberapa hari yang lalu tidak membuat para "pesbukers" berhenti post  berita-berita tentang politik bangsa Indonesia. Berita semakin panas, karena munculnya kontroversi hasil perhitungan cepat yang berbeda-beda. 

Semua ini membuat saya berhenti dan berpikir.

Antara pembahasan politik yang lagi marak-maraknya beberapa waktu ini dan anak berkebutuhan khusus. Ada beberapa kesamaan yang terbersit di dalam hati. 

Tidak Ada Pengaruhnya

Ada orang, yang di tengah-tengah ramainya diskusi dan debat tentang calon presiden yang dikagumi masing-masing pihak,  berkomentar bahwa siapapun presiden yang terpilih tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan kita secara pribadi. Toh  kita masih harus bekerja sendiri untuk menafkahi keluarga. Toh  kita tidak akan kecipratan keuntungan apapun untuk diri kita secara pribadi. 

Di dalam masyarakat pun banyak orang yang berpikir bahwa kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus hanya perlu kalau secara pribadi kehidupan kita terpengaruh. Apakah itu karena anak kita atau saudara kita atau teman kita atau setidaknya tetangga kita memiliki seorang anak yang berkebutuhan khusus. Di saat itulah pentingnya kita peduli. Jika tidak, emang gue pikirin? 'Ga ngaruh apa-apa juga ama gue.


Sekecil Apapun Juga

Ada orang yang mengambil bagian menjadi tim sukses calon presiden tertentu. Ada juga yang mengambil bagian menjadi relawan. Ada yang mengambil bagian sebagai tim kampanye. Ada yang berani menyatakan pendapat secara lantang dan benar di dalam media sosial. Ada juga yang mengambil bagian dengan datang ke TPS yang sudah ditunjuk dan menggunakan hak pilihnya. Pemilihan Presiden kali ini sungguh berbeda. Karena rakyat memiliki harapan yang besar akan adanya perubahan terhadap Indonesia yang lebih baik. For a better Indonesia. Oleh sebab itu, banyak rakyat yang tidak memilih menjadi golput. Bahkan ada beberapa teman saya yang selama ini tidak pernah menggunakan hak pilihnya di dalam Pemilihan Umum, kali ini benar-benar berjuang untuk dapat menggunakan hak pilihnya pada tanggal 9 Juli 2014 kemarin. Intinya, sekecil apapun juga peran kita sebagai rakyat di dalam Pemilihan Umum kali ini, kita sudah menyumbangkan sesuatu for a better Indonesia.

Kembali saya berandai-andai.....
Andaikan masyarakat Indonesia juga mengerti bahwa sekecil apapun peran kita di dalam kampanye kepedulian terhadap anak berkebutuhan khusus, kita sudah menyumbangkan sesuatu untuk.....a better Indonesia. Apa cakupannya tidak terlalu muluk? Why not? Ketika setiap dari kita memiliki hati untuk peduli terhadap orang-orang yang tidak dipandang oleh masyarakat, terhadap anak-anak yang sering disalahmengerti oleh banyak pihak, terhadap keluarga yang merasa terbuang karena kurangnya dukungan dan fasilitas dari pemerintah untuk anak-anak mereka, apakah itu bukan langkah awal yang baik for a better Indonesia? :)


Ini hanya sebuah renungan sederhana di malam hari ketika saya sedang membaca post-post di facebook tentang politik di Indonesia. Di balik kesamaan-kesamaan di atas, tentu saja ada banyak sekali perbedaan antara politik dan anak berkebutuhan khusus :). 

Lebih dari semuanya itu, lebih dari semua perbedaan-perbedaan yang ada, lebih dari semua kesamaan-kesamaan [yang disama-samakan :)], ada sesuatu yang akan tetap sama dan tetap diperlukan di dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Sebuah hati nurani.


#ForABetterIndonesia
#CareForSpecialNeedsChildren