Minggu, 18 September 2016

God's Calling in Children with Special Needs


It was such a wonderful day when almost 40 people in the city of Medan gather together with one heart : caring for the children with special needs. Thanks to all families, friends and colleagues for the support!

Last Saturday, 17 September 2016, working together with The Harvestrs, we finally had a chance to host a sharing and seminar with the title of  'God's Calling in Children with Special Needs', in Clapham Collective, Medan. The attendees were from a variety of churches, schools and other organizations.

We shared the basic knowledge about children with special needs. And we encouraged them to :
- Keep spreading the awareness about children with special needs
- Keep caring for them
- Keep teaching them
- Keep guiding them 
Because we know, God has a special purpose for parents, teachers, and caretakers of children with special needs. This is no accident. God knows everything, and He is allowing this to happen because He knows a bigger picture of our lives and our children's. 


We are so joyful that a lot of them were so enthusiastic. We should do this again in the future! There are great blessings upon us when we, as a body of Christ, work together, hand in hand, to serve the society and to love them selflessly. 


Love them
Pray for them
Put our hope upon Jesus alone, for He is our only strength and comfort


Sabtu, 21 Mei 2016

Seek Deep Within (Lihatlah Kedalaman Hatinya)

(Image from Google Images)
Sering sekali kita terjebak dalam apa yang terlihat dari luar. Memang sulit bagi kita, sebagai manusia untuk dapat melihat kedalaman hati seseorang. Itulah sebabnya mengapa Firman berkata dengan jelas bahwa,"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Dan berulang kali kita pasti pernah terperangkap dalam kejadian-kejadian yang hampir mirip dengan kejadian berikut ini dengan anak kita.

Ia masih berada di dalam ruangan kelas. Saya menunggu di luar. Ketika salah seorang temannya keluar dengan berlari, ia berkata dengan cepat,"Masih di dalam, Auntie. Soalnya Miss masih nyuruh dia latihan ekstra." Dalam hati saya, dengan cepat saya segera menghakimi,"Pasti tadi pas sesi latihan, ia main-main sehingga selesai latihan pun ia masih harus mengambil waktu tambahan untuk latihan." 

Saya mengintip sedikit ke dalam ruangan dan melihat ia dengan kedua temannya sedang dilatih oleh Missnya. Beberapa waktu kemudian ia keluar. Dan dalam perjalanan pulang, saya bertanya kepadanya,"Tadi ada latihan tambahan ya dari Miss?"

"Iya. Soalnya kata Miss, kami bertiga masih kurang bagus."

"Oh...bukannya karena kamu main-main? Makanya dikasih latihan tambahan?" 

Dengan muka polos ia berkata,"Saya tidak main-main. Teman saya, yang duduk di dekat saya bermain. Ia terus-menerus mau berdiri. Saya tarik dia untuk duduk. Saya tidak mau dia bermain-main saat sesi latihan." Kemudian ia diam sejenak, seolah sedang merenungkan sesuatu. "Apa karena itu ya, makanya Miss pikir saya main-main?"

Saya cukup terpukul oleh jawabannya. Betapa cepatnya saya menghakimi dia akan sesuatu. Betapa tergesa-gesanya saya mencap dia dengan sesuatu yang negatif. Padahal ada sesuatu yang mendasari tingkah lakunya. 

"Ah nggak lah. Saya pikir pasti Miss cuma ingin supaya semua anak dapat bernyanyi dengan baik. Latihan tambahan kan bagus juga kan?" Dengan sebersit rasa bersalah saya mencoba mengatakan sesuatu yang baik dan menenangkannya. sambil berusaha memikirkan semua yang baik dan benar juga.

"Iya. Memang kita nyanyinya masih kurang bagus sih." 

Saya kembali merenungkan kejadian singkat tadi. Semua manusia memiliki maksud dan alasan yang mendasari semua perbuatan mereka. Kita tidak sampai pada titik untuk dapat melihat dengan jelas semua yang ada di dalam kedalaman hati mereka. It's ok. What is not ok is we frequently judge according to what we thought we knew, what is so seldom right. Sebagai manusia berdosa, pikiran kita, keinginan kita, tidaklah selalu benar, sering sekali salah dan kotor.

Dan hari ini kita belajar, untuk tidak dengan cepat menghakimi anak kita sendiri ketika mereka melakukan sesuatu. Ketika mereka berteriak dan menangis, kita terlalu cepat untuk membentak dan menyuruh mereka diam, padahal itu mungkin adalah salah satu cara mereka melepaskan kesedihan mereka. Ketika mereka menolak untuk menulis, kita terlalu cepat menuduh mereka malas, padahal mungkin mereka sudah terlalu lelah untuk melakukan segala sesuatu. Ketika mereka tidak mau tidur, ketika mereka bermain air di dalam kamar mandi dan menghabiskan semua sabun mandi, ketika mereka bermain tanah di halaman dan baju mereka kotor luar biasa, ketika mereka menumpahkan susu di meja makan, ketika mereka memecahkan gelas di dapur, ketika mereka....., ketika mereka....., ketika mereka...... You name it yourself. There were so many times we fail to see what lies beneath everything that they do. Just because we are too fast in judging them.

Belajarlah untuk melihat kedalaman hati mereka. Karena sebagai manusia, kita sama-sama adalah makhluk yang selalu memiliki kecenderungan keberdosaan. Dan jika kita menghakimi terlalu cepat, maka kita pun akan kehilangan kesempatan untuk masuk dalam proses pembelajaran yang indah dan proses dikuduskan oleh Allah.

Seek what is deep inside. For what seems right from the outside might not be true in the inside, but what seems wrong from the outside might not be totally a mistake from the inside. It's certainly a journey of learning process. But we will always have hope in Him who will strengthen us and gives us wisdom.