(Dr. Larry Waters)
Jawaban kepada pertanyaan :
“Mengapa orang benar mengalami penderitaan?” dan “Mengapa kejahatan diizinkan
untuk ada?” tidak bisa dipuaskan hanya dengan satu penjelasan. Banyak alasan
diberikan di dalam Alkitab untuk menjelasan penderitaan pribadi harus diuji di
dalam terang anugerah Tuhan. Penderitaan mengajarkan Ayub bahwa ia benar karena
ia memiliki hubungan yang didasarkan oleh kasih karunia Allah, Sang Maha Benar,
bukan karena ia yang mengusahakan kebenaran dirinya sendiri. Ayub mengenal
Allahnya dan merespon dengan kerendahan hati, kasih dan takut dan tunduk di
bawah kedaulatan Allah (Ayub 42:1-2), dan bertobat dari motivasi salah di dalam
melayani Tuhan (42:6).
Jadi,
mengapa Allah menaruh Ayub dalam keadaan seperti ini? Yang utama adalah untuk
memperlihatkan DiriNya kepada Ayub. Melalui semua percakapanNya dengan Ayub,
Allah mengajarkan Ayub bahwa Dia sendirilah yang menciptakan semuanya-surga dan
bumi dan semua yang ada di dalamnya-dan Dia sendiri yang mengatur semua
ciptaanNya. Dia sendiri memiliki hak untuk melakukan apapun yang Dia suka. Dia
tidak memiliki sebuah tanggung jawab untuk menjelaskan semua perbuatanNya
kepada ciptaanNya. Dia sendiri berdaulat atas kehidupan semua manusia.
Tapi
bagaimanapun juga, hal ini akan sangat membatasi pengaruh buku Ayub jika
batasan pesan anugerah dan tujuan dari penderitaan Ayub hanya terbatas secara
eksklusif kepada kedaulatan Allah semata. Bisakah sebuah komunitas orang kudus
yang mengalami penderitaan mendapatkan jawaban dan aplikasi lain di sini? Iya!
Perjuangan Ayub dan kemenangannya membantu mereka yang mengalami penderitaan.
Sebagai contohnya, seperti dijelaskan di
dalam beberapa halaman sebelumnya, buku Ayub mengajarkan pembaca bahwa :
- Allah tidak bisa dibatasi oleh konsep teologi kemakmuran/retribusi (teologi kemakmuran/retribusi = manusia diberkati
- Dosa tidak selalu menjadi alasan penderitaan manusia
- Alasan yang salah tentang penderitaan dapat membuat seseorang menyalahkan dan menantang Allah
- Hidup dibawah teologi kemakmuran/retribusi dalah sistem legalistik yang bukan hanya merusak aplikasi dari kebenaran hukum Allah, tetapi juga membatasi Allah dan kasih karuniaNya di dalam standar persepsi pikiran manusia
- Lebih jauh lagi, setan ada di belakang sistem yang salah dan mendapatkan kesukaan di dalam membuat orang benar menderita
- Hidup adalah satu serial kesakitan dan penderitaan yang tidak bisa dijelaskan, dan secara sederhana seseorang perlu melaluinya, karena hidup ini dikaitkan dengan tujuan Allah bagi kita yang mungkin belum kita mengerti
- Manusia tidak selalu mengetahui semua fakta di dunia
- Hikmat Allah melampau hikmat dan pikiran manusia
- Perlindungan dan berkat Allah didasarkan semata-mata atas anugerah, bukan atas formula legalistik
- Penderitaan dapat dihadapi dengan iman dan percaya kepada Allah yang penuh anugerah dan kasih, bahkan ketika manusia tidak memiliki alasan yang logis atau rasional untuk percaya
- Allah mengizinkan penderitaan, sakit dan bahkan kematian, jika hal tersebut dapat memenuhi tujuanNya untuk ciptaanNya
- Agama yang pragmatis dan berdasarkan kemakmuran tidak memiliki tempat di dalam rencana anugerah Allah
- Selain nilai baik yang didapat, penderitaan dapat bersifat mencegah dan melindungi
- Karena anak-anak Allah memiliki hubungan pribadi dengan Allah, penderitaan sering secara khusus dirancang untuk memuliakan Allah di dalam peperangan yang tidak kelihatan dengan setan
“True wisdom, like God, defies human reason.” “Hikmat yang sejati,
seperti Allah, mengalahkan alasan logis manusia.” Oleh sebab itu, hikmat sejati
mengalahkan konsep dari hikmat tradisional, dan ketika secara benar
diaplikasikan oleh anak-anak Allah di dalam penderitaan, maka hal tersebut akan
menjadi demonstrasi hidup dari anugerah Allah dan iman manusia : “Hanya dari
kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri
memandang Engkau” (Ayub 42:5).
“I have heard of Thee by hearing of the ear; But now my eye sees Thee”